Menu
Berita Terkini, Kabar Terbaru Hari Ini Indonesia

Wisata Etnik Kawasan Adat Ammatoa Suku Kajang Merupakan Destinasi Wisata Kelas Dunia di Butta Panrita Lopi

  • Bagikan

Bulukumba,- Bulukumba terkenal sebagai kota para pembuat Kapal Phinisi atau dalam bahasa bugis diberi julukan Butta Panrita Lopi. Butta Panrita Lopi ini sendiri memiliki arti tanah tempat para pembuat ahli perahu.

Ditengah modernisasi saat ini, di Bulukumba terdapat sebuah suku yaitu Suku Kajang yang masih menjungjung tinggi nilai kearifan lokal budayanya.

Budaya adat Ammatoa Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba merupakan  salah satu destinasi wisata  yang ada di Butta Panrita Lopi julukan Kabupaten Bulukumba. Budaya adat Ammatoa Suku Kajang  adalah kawasan adat, peenduduk di daerahtersebut terkenal dengan ciri khas pakaian yang serba hitam tanpa menggunakan alas kaki.

Pemerintah Kabupaten Bulukumba dibawah kepemimpian Bupati Andi Utta memang menempatkan sector pariwisata menjadi salah satu skala prioritas untuk dikembangkan, seperti halnya pelaksanaan Festival Budaya Kajang beberapa waktu lalu  menjadi salah satu Calendar of Event (COE) Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba adalah bentuk keseriusan Andi Utta dalam meningkatkan dunia pariwisata Butta Panrita Lopi.

Kawasan Adat Ammatoa Suku Kajang merupakan salah satu destinasi wisata etnik yang ada di Indonesia. Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

Inilah penelusuran tim Ekspedisi yudhaindonesiannews.com. Suku Kajang terletak di Desa Tanah Towa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Jarak tempuh dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan  yakni Kota Makassar ke Kabupaten Bulukumba ialah sekitar 200 km, dengan waktu perjalanan kira-kira 3-5 jam. Untuk melakukan perjalanan ke sana kita dapat menyewa mobil angkutan antar daerah di terminal Mallengkeri, Kota Makassar.

Tidak semua warga di Kecamatan Kajang terikat dengan adat. Secara geografis, Kajang dibagi menjadi dua, yaitu kajang dalam atau “Tau Kajang” dan kajang luar alias “Tau Lembang”. Dari bagian Tau Lembang merupakan Suku Kajang yang memilih untuk hidup lebih modern.

Pada waktu tertentu Suku Kajang melaksanakan perayaan yang dapat disaksikan langsung oleh wisatawan. Salah satunya adalah Ritual Andingingi yang berarti pendingin. Prosesinya ditandai dengan berkeliling membawa air suci dan rangkaian bunga.

Ritual Andingingi menggunakan air suci dari 40 sumber mata air yang kemudian ditempatkan dalam sebuah pamuneang nyereh. Posisinya ada di sentral lokasi ritual. Di sebelahya, disertakan daung raung kajo patang puloh buangun yaitu 40 jenis dedaunan dari hutan adat yang biasa digunakan masyarakat.

Rumah adat Suku Kajang yang berbentuk panggung, tak jauh beda bentuknya dengan milik Suku Bugis Makassar. Bedanya, setiap rumah dibangun menghadap ke arah barat, membangun rumah melawan arah terbitnya matahari dipercayai mampu memberikan berkah.

Suku Kajang percaya bahwa hitam merupakan sebuah warna adat yang kental akan kesakralan. Bila kita memasuki kawasan adat Ammatoa, pakaian kita harus berwarna hitam. Warna hitam mempunyai makna bagi Mayarakat Ammatoa sebagai bentuk persamaan dalam segala hal, termasuk kesamaan dalam kesederhanaan.

Tidak ada warna hitam yang lebih baik antara yang satu dengan yang lainnya. Semua hitam adalah sama. Hitam menunjukkan kekuatan dan kesamaan derajat bagi setiap orang di depan sang pencipta. Kesamaan dalam bentuk wujud lahir, menyikapi keadaan lingkungan, utamanya kelestarian hutan yang harus di jaga keasliannnya sebagai sumber kehidupan.

Penduduk Suku Kajang menggunakan Bahasa Makassar yang berdialek Konjo. Kita yang singgah ke obyek wisata etnik Suku Kajang  ini akan menemukan basing yaitu alat musik tiup dari bambu menyerupai suling. Musik Basing ini biasa ditampilkan setelah upacara pemakaman oleh penduduk.

Potensi wista etnik Kawasan Adat Ammatoa Suku Kajang merupakan potensi pariwisata etnik kelas dunia yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan yang daerah lain yang ada di Sulawesi Selatan .

Orang Kajang meyakini, Ammatoa merupakan orang yang dipilih Turie A`ra`na atau Yang Maha Kuasa. Atau sebagai pembimbing dan pengarah kehidupan sesuai pandangan panuntung, sehingga mereka pun benar-benar menjaga kesucian tokoh tersebut. Dan tak seorang pun diperkenankan memiliki rekaman wajahnya.

Dahulu, masyarakat Kajang disebut-sebut beragama panuntung atau tuntutan. Seiring perubahan zaman, mereka mengaku memeluk agama Islam. Hanya dalam praktiknya, mereka mengiblatkan diri pada Passang Ri Kajang atau pesan-pesan suku Kajang sebagai payung kehidupan. Pandangan panuntung ini mengharuskan orang Kajang hidup prihatin dan apa adanya atau kemase-masae.

Kepatuhan masyarakat Suku Kajang terhadap ajaran kemase-masae itu bukan cuma ditunjukkan dengan pakaian, tapi juga kehidupan malam yang menghindarkan lampu-lampu bercahaya terang. Dan di luar kekayaan adat yang sengaja terus dipelihara, suku Kajang memiliki catatan prasejarah yang menakjubkan. Penelitian arkeologis dari berbagai perguruan tinggi ke kawasan ini memberikan suatu bukti adanya peradaban kuno.

Bupati, Andi Utta bersyukur karena  Kabupaten Bulukumba memiliki kawasan adat Ammatoa yang masih terjaga sampai saat ini, sehingga hal tersebut menjadi sektor andalan dari wisata budaya di Bulukumba.

” Keberadaan kegiatan seperti ini, akan semakin mengenalkan bahwa Bulukumba memiliki banyak ragam budaya, bukan hanya karya Phinisi yang telah menjadi warisan Budaya Dunia Takbenda, tetapi juga ada warisan budaya di Tanah Towa Kajang,” sebut Andi Utta. (

” Festival budaya seperti ini sangat penting dilakukan secara kontinyu, sehingga seni budaya di daerah kita dapat terpelihara dengan baik,” pesan Bupati Andi Utta.

Pernyataan Andi Utta tersebut dilontarkan saat menghadiri Festival Budaya Kajang di Dusun Balagana Desa Tanah Towa Kecamatan Kajang, Rabu (15/9/2021).

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, sambung Bupati, maka perlu peningkatan kesadaran semua pihak untuk terus didorong kearah proses perubahan yang lebih baik, secara sinergis bersama semua elemen kepariwisataan, dengan menyusun rencana tindak secara terencana, terprogram dan berkelanjutan dengan memanfaatkan segala sumber daya lokal dan pelibatan seluruh pihak.

Masih banyak lagi hal-hal unik lainnya yang ada di Kawasan Adat Ammatoa Suku Kajang tersebut, untuk menambah rasa penasaran kita sebaiknya kita mengunjungi langsung Kawasan Adat Ammatoa Suku Kajang.

Kawasan Adat Ammatoa Suku Kajang pasti menarik untuk kita kunjungi dan rasakan sensasi wisata yang berbeda di BUTTA PANRITA LOPI. (Tim Ekspedisi yudhaindonesiannews.com)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *